Mimpi Semalam (19)


Agustin Oendari adalah seorang penulis lagu dan penyanyi yang mengawali karier pada 2014 dengan menulis dan menyanyikan lagu Selamat Pagi Malam untuk film berjudul sama karya sutradara Lucky Kuswandi. Lagu tersebutlah yang pertama kali mempertemukan Oendari dengan pendengar setia yang terus mendukungnya hingga melalui beberapa rilisan untuk film-film lain, seperti Galih & Ratna, satu lagi karya sutradara Lucky Kuswandi, dan Susah Sinyal, karya sutradara Ernest Prakasa.

Rilisan-rilisan Oendari yang lain pun telah mendapat perhatian khusus dari berbagai streaming platform dan media, antara lain: LHSW yang sempat menjadi bagian dari banner utama aplikasi JOOX pada masa rilisnya dan juga disiarkan di berbagai media musik ternama, seperti Billboard Indonesia dan Pophariini; Bend Down dan Selamat Pagi Malam yang berada di deretan nominasi AMI Awards ke-22; dan beberapa lagu dalam album soundtrack Galih & Ratna yang mendapatkan kesempatan spesial JOOX Concert Galih & Ratna tahun 2017, seperti Hampir Sempurna, yang ditampilkan oleh Rendy Pandugo, Song Of Goodbye, yang ditampilkan oleh Ivan Gojaya yang juga adalah produser dari hampir seluruh karya Oendari, dan lagu-lagu lain yang ditampilkan oleh Oendari, seperti Nyatanya Sementara, Dari Rindu Kepada Rindu.

Selain terlibat dalam berbagai karya kolaboratif sebagai penyanyi atau penulis lagu, Oendari juga sempat berkiprah sebagai vocal director, bekerja bersama musisi dan produser ternama, antara lain Titiek Puspa, Dutacinta, Momo Geisha, Sheryl Sheinafia, dan Steve Lillywhite. Keterlibatan Oendari sebagai vocal director juga terdapat pada lagu Lathi (Weird Genius ft. Sara Fajira), Dunia (Mytha Lestari), A Million Stars (Album Kolaborasi Rising Stars), dan masih banyak lagi. Tahun 2021, Oendari dengan merilis album dari keterlibatannya di dalam sebuah film berjudul Akhirat: A Love Story.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Tentang Kesepian

Betapa menyeramkan.

Aku menemukan kenyamanan di sebuah mimpi di mana Aku membenturkan wajahku ke dinding batu. Terbentur sampai hancur. Semua inti terburai lalu Aku melayang di dalam ketiadaan.

Kesunyian jadi musik yang indah. Tanpa suara. Tidak ada lagi degup jantung. Tidak ada lagi desir alir dan denyut nadi. Air mata terakhir jatuh dan berhenti sudah segala tangisan.

Aku menghilang dari ingatan orang-orang. Lenyap dari kenangan yang tersayang. Senyap dalam gelap seperti malam tanpa bintang.

Waktu yang deras menggerus jaman seketika membeku dalam keabadian. Tidak ada hulu dan tidak ada muara, karena semua telah diam. Di muka arus yang bergeming, kuberanikan diri becermin. Kosong.

Betapa menyeramkan.

Namun, siapa sangka. Segala yang harus kuhadapi setelah terbangun dari mimpi itu ternyata lebih menyeramkan.


Mimpi Semalam (18)

Salah satu mimpi paling indah. Aku mimpi kamu lahir dari rahimku.

Siapa sangka kamu menetap di sana, padahal belum lama kubilang pada ayahmu bahwa mungkin saja kamu sudah tidak lagi di sana, meninggalkan kami semua dan untuk itu, aku menyesal. Kupikir itu salahku. Seperti sudah-sudah. Dan, aku pun ya-sudah. Kuletakkan tanganku di sana. Sungguh kaget. Ternyata, kamu tinggal. Kamu tidak pergi.

Lalu, kamu lahir dari rahimku. Dalam sebuah persalinan paling mudah. Hanya ada aku dan kamu. Tidak ada rasa sakit. Kalaupun ada, ah, tidaklah seberapa. Begitu kamu lahir, aku menangkap kepalamu. Kamu lembut sekali. Mungil sekali. Rasanya, kamu tidak berdaya tanpaku. Aku pun merasa begitu. Namun, sesungguhnya, aku takut. Takut padamu. Tidak tau siapa kamu.

Tapi, kamu lahir dari rahimku. Lalu, kamu menatapku dengan mata paling indah. Seketika, hatiku luluh dan segala takut runtuh. Tidak ada keinginan lain, selain menyentuh, memelukku kamu, meraih tubuh kecil itu. Kulit kita bersentuhan, kemudian ada suara yang kudengar. Kamu bicara padaku dengan bahasa yang tak dikenal. Hanya kita berdua yang bisa memahaminya.

Pipiku menyentuh pipimu. Semua kenangan kita beradu. Jadi panggung yang bercerita meski hanya dalam kepala. Kita sudah pernah bertemu di kehidupan yang telah lalu. Entah sudah berapa lama. Itu sudah berlalu. Kita di sana, di tempat di mana matahari terbit. Berkeliling dari satu kehidupan ke kehidupan lain. Kamu telah lama sekali mencariku, dan di sinilah kita saling menemukan.


Photo by Konstantin Mishchenko on Pexels.com

Sebuah mimpi pada tanggal 8 Mei 2022. Hari sudah terang ketika aku terbangun. Ternyata, aku menangis ketika memimpikan ini.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (17)

Kamu kembali hadir di dalam mimpi. Lagi–lagi tanpa memperkenalkan diri.

Kamu tau aku akan mengenalimu. Kamu datang dengan membelakangi cahaya, seperti biasa. Menghampiri aku yang terbaring di dalam kekaguman atas pasir paling hangat yang pernah aku rasa. Gelombang yang tenang memeluk kakiku berkali-kali. Dan wajahmu akan ada di sana menghalangi teriknya matahari. Tetes demi tetes mengalir dari ujung rambutmu, jatuh tepat di dahiku. Aku tau kedua matamu memandangi aku. Sementara aku, menatap matamu saja tak bisa.

Aku membuang pandanganku ke pantai sebelah kiri. Kulihat di sana ada perempuan muda yang menarik perahu. Ujung rambutnya biru. Ujung jari-jemari tangannya biru. Biru juga memenuhi mata kaki hingga ke ujung jarinya. Kamu mengenalnya. Dia mengenalmu. Aku tidak mengenal kalian.

Di kanan kita, seorang pemuda yang tegap memanggil mereka, para pemuda yang tidak jauh dari sana. Dia menyuruh mereka untuk berlabuh. Ujung rambutnya biru. Ujung jari-jemari tangannya biru. Biru juga memenuhi mata kaki hingga ke ujung jarinya. Kamu mengenalnya. Dia mengenalmu. Aku tidak mengenal kalian.

Namun, untuk pertama kalinya, aku merasa ada rindu yang telah terjawab. Kalian datang untukku. Dan, aku mengingat kenapa aku ada di sini. Aku menantikan kalian.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Sebuah Mimpi Yang Pernah Tercatat Dahulu Kala

Minggu, 13 September 2015

Di Killiney, Senayan, menulis sendirian.


DARI MIMPI. Mataku menangkap matamu lalu kita jadi tau satu. Kita jadi mengerti siapa kita ini dan apa kita ini. Jauh, jauh sekali, sebelum ini.

Kata-kata terkandung lalu lahir kita dari rahim nuansa. Engkau adalah suara dan aku larik-larik yang bercerita. Lahir kita sebagai sajak, yang beruntai pada satu masa. Lahir kita karena malam memberi benihnya pada cinta. Darah dari sajak dan daging dari sajak. Terbentuk dari satu dan timbul jadi satu. Sebabnya demikian:

Kita saling melihat hati tanpa membuka mata. Tidak lagi perlu apa-apa, tidak lagi rindu apa-apa. Karena selalu cukup bagiku engkau dan nada-nada. Dan, kesukaanmu adalah kubacakan kisah-kisah.

Lahir kita sebagai sajak yang beruntai pada satu masa. Sampai saat kita tercerabut hingga tak lagi kita berpaut. Angin barat bertiup membelah jagat lalu kita terpisah. Tanpa tanda-tanda pengingat, kita terceraikan oleh entah. Jauh, jauh sekali, sebelum ini.

Namun, kita adalah anak-anak sajak. Darah kita terus luruh mengalir dari hulu sajak. Daging kita bertumbuh di bawah denyut sajak. Maka, kita tidaklah perlu kuatir akan apapun juga. Cakrawala kita terangkum dalam pejam mata. Dalam getar-getar yang dirambatkan udara. Dan, perpisahan adalah sekadar cara agar kita dapat saling menemukan.

Seperti saat ini, setelah hidup kita bergerak jauh. Setelah hati kita berpindah-pindah, ini aku, menemukan engkau. Mataku menangkap matamu lalu kita jadi tau satu. Kita jadi teringat siapa kita ini dan apa kita ini. Jauh, jauh sekali, sebelum ini.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (16)

Aku udah lama banget gak ke sini dan ketemu orang-orang di sini. Aku ngerasa takut. Takut mengecewakan. Takut ditolak. Takut gak cukup baik. Takut gak diterima. Tapi kamu insist kita ke sini dan sekarang kita sudah di sini.

Ini rumah yang besar sekali buatku. Terlalu besar sampai aku merasa di sini sangat dingin, padahal warna-warna di dinding yang penuh dekorasi klasik, lampu-lampu cantik, dan perapian sebesar itu, semuanya seakan ingin menunjukkan kehangatan dan keramahan. Tapi tetap saja dingin, kaku, bikin takut.

Seperti biasa, seakan tau isi pikiranku, kamu bilang: gapapa. Baiklah. Gapapa. Aku mengembalikan perhatianku kepada kita yang sedang berjalan memasuki paviliun demi paviliun, mengikuti seorang penjaga rumah berpakaian formal yang mengantarkan kita sedari tadi. Kita belum sampai-sampai juga ke ruangan yang dituju. Ini betul-betul rumah yang besar. Dan, aku diam-diam semakin panik.

Di bawah anak tangga menuju ruangan yang sudah penuh orang itu, langkahku sempat terhenti. Aku gentar sekali naik ke sana. Tangga yang maha lebar dan maha tinggi itu pun seakan-akan mengintimidasi. Kamu yang sudah beberapa anak tangga lebih dulu, sepertinya sadar aku tertinggal di belakang. Kamu meminta penjaga rumah yang flamboyan itu untuk menunggu. Kamu kembali untuk menjemput aku dan kamu mengulurkan tangan. Kamu bilang lagi: gapapa. Baiklah. Aku memegang tangan kamu. Aku percaya sama kamu.

Lama sekali kita berjalan, kamu gak melepas tangan aku. Ketika pintu dibuka, semua mata memandang di balik tirai. Aku bisa merasakan tanganku makin dingin, sementara tangan kamu makin hangat. Aku mematung karena sulit berpikir jernih, lalu kamu, seperti biasa, seperti tau pikiranku, kamu membisikkan namaku, tepat di telinga.

Di situ, gue bangun.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (15)

“I’m not allowed to be seen around you.”

“Really? Why?

“That’s what I’ve been told.”

“Who told you that?”

“You know who.”

“…”

“You know who.”

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (14)

“I’m easily forgotten.” kali ini gantian aku yang cerita. Kamu mendengarkan. Gak tau kenapa aku mulai dengan sok ide berbahasa Inggris, padahal lancar juga enggak.

Kita sedang di dalam perjalanan dan hari hujan. Baik aku maupun kamu, gak satupun dari kita menduga hari itu akan hujan. Kita menuju ke rumah seseorang yang gak aku kenal, tapi kamu kenal. Aku yang nyetir, kamu yang menunjukkan jalannya. Kamu gak kuat nyetir, apalagi dengan cuaca kayak gini, itu pasti, aku paham. Aku gak inget kita ngobrolin apa sebelumnya, tapi sepertinya sesuatu yang penting dan urgent tentang kenalan kamu yang sedang kita datangi rumahnya itu.

Sambil nyetir, aku bilang ke kamu, “Aku akan menanti-nanti satu kesempatan di mana kamu menyadari ada kejadian-kejadian yang di luar kendali bisa terjadi begitu aja, dan kamu gak tau itu kenapa. Tapi, tanpa tau kenapa, semua kejadian itu bisa memperbaharui cara kamu memandang banyak hal.”

“Yang kamu percaya, bisa runtuh seketika. Yang kamu pikir gak nyata, ternyata ada. Apa yang penting? Apa yang perlu? Bisa berubah tiba-tiba. Tapi ternyata, semua yang kita tau, dulu, sekarang, atau nanti, sudah ada masa-masanya masing-masing. Akan tiba masanya kamu sadar, ada hal-hal yang di luar kendali, terjadi begitu aja dan kamu akan bergerak terus dengan itu.”

“Kalau kesempatan itu udah tiba, semoga kamu inget aku pernah bilang ini: segala sesuatu ada sumbernya, biarin aja mengalir.” Aku cuma kasih jawaban itu sambil mengakhiri, “Tapi, like I said, I’m easily forgotten.” Kita diam beberapa lama, sebelum kamu jawab, “No, you are not.”

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (13)

Kamu kelihatan lelah, tapi tetap senyum seperti biasa. Ketika kamu datang, ada dua ekor kupu-kupu yang mengikuti kamu. Kita berdua sedang di atas bukit, di depan sana ada sehampar padang ditumbuhi ilalang. Hari sepertinya sore dan gerakan-gerakan ilalang ditiup angin bagai mencari-cari ke mana matahari akan pergi.

Kita gak banyak bicara. Kamu punya banyak beban di dalam pikiran yang gak terkatakan. Kalau pun terkatakan, aku gak tau aku bisa bantu apa. Aku memandangi kamu. Aku selalu suka memandangi kamu. Tiba-tiba aku senyum-senyum sendiri. Kamu sadar, terus nanya kenapa aku senyum.

“Gak tau.” Karena gak puas sama jawabanku, kamu nanya lagi, “Kenapa?” Aku jawab dengan jawaban yang sama lagi, tanpa bermaksud iseng ataupun becanda. Aku memang gak tau. Terus kamu kelitikin aku karena kamu tau aku gelian. Sebel, capek, karena akhirnya jadi kejar-kejaran.

“Kenapa? Jawab.”

“Gak tau.”

“Jawab gak!”

“Ya udah. Emang gak boleh?”

Kamu diam. Kita berhenti kejar-kejaran. Aku juga diam. Beberapa menit dalam diam yang rasanya sangat awkward. Terakhir, kamu cuma bilang, “Kamu jawab pertanyaan dengan pertanyaan.”


Gue kebangun. Ada suara ambulans.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.

Mimpi Semalam (12)

Kamu sering bersenandung. Aku gak tau lagu apa, tapi selalu lagu yang sama. Aku penasaran banget mau tanya itu lagu apa, tapi selalu mengurungkan niat. Mengingat bahwa selama ini sepertinya kamu selalu bisa baca pikiranku, seandainya kamu mau kasih tau itu lagu apa, kamu pasti bakal langsung kasih tau. Sekarang, kamu gak ngomong apa-apa. Yaudah.

Kita sama-sama gak pernah tau kita ada di mana. Kita berpindah-pindah tempat. Kali ini, kita ada di bawah pohon tua yang besar, gagah, berdiri tegak di tengah sehampar ladang yang luas. Malam sedang terang-terangnya. Sedari tadi aku mendengarkan kamu bersenandung dari kejauhan. Aku memejamkan mata dan menikmati suara kamu. Kamu memanggil namaku, aku menoleh waktu kamu menunjuk ke langit di belakangku. Aku melihat ke sana, ternyata kamu menunjuk bulan. Kamu tau aku suka bulan.

Di setiap mimpi di mana kamu ada, aku selalu merasa kita dekat meskipun selalu berjarak. Aku tau kamu cuma sekadar mimpi, tapi kamu lebih nyata daripada banyak hal lainnya yang aku tau. Kamu di sana, kita saling berpegangan tangan, tapi yang bisa aku rasakan cuma hangatnya. Gak perlu bahasa yang sama untuk bisa bikin kita saling mengerti, kita cuma perlu saling melihat hati. Kita saling melihat hati, tanpa aku perlu bilang, kamu tau aku suka bulan.

Aku sedang memandangi bulan yang penuh dan terbakar merah malam itu, sebelum tiba-tiba kamu menyentuh lenganku dengan tangan kamu yang selalu hangat seperti biasanya. Menyentuh sebentar, terus udah. Kita menghabiskan beberapa waktu memandangi bulan sama-sama, tanpa ada yang bicara.

Aku bertanya-tanya, gimana kalau suatu saat nanti kamu gak lagi muncul di mimpi-mimpi kayak gini. Seandainya aku bisa merekam semua mimpi di mana kamu ada sehingga jadi satu film, aku yakin bakal nonton ulang film itu berkali-kali setiap kali aku kangen kamu. Iya, aku mungkin bakal kangen sama kamu.

Kamu bilang, “Kita masih punya waktu, walaupun banyak atau sedikit itu relatif, tapi cukup.” Aku gak ngerti apa maksudnya. Kamu kayaknya beneran bisa baca pikiran. “Ada dua orang lagi.” Aku, lagi-lagi gak ngerti.

Tau-tau, bangun-bangun, nangis.

kepingin tau lebih banyak tentang Oendari?

Silakan subscribe blog ini, dengarkan musiknya, atau follow Oendari melalui media sosial.

Atau sampaikan yang ingin kamu katakan kepada Oendari. Tulis suratmu!

Go back

Your message has been sent.

Warning
Warning
Warning
Warning.